Tundalah kehamilan sebelum usia 20 tahun, jarangkan pula kehamilan pada usia 20-35 tahun serta jangan hamil lagi pada usia di atas 35 tahun. Hal ini dilakukan untuk dapat menekan angka kematian dan kesakitan pada sang ibu disaat sedang melahirkan hingga 50%.
Untuk itu diperlukan kontrasepsi, demikian yang dikemukakan oleh Prof.DR.Biran Affandi,Sp.OG. sebagai Ketua Asia Pacific Council On Contraception (APCOC) mengawali pembahasannya pada acara peringatan Hari Kontrasepsi Dunia yang bertema, “Your Life, Your Voice: Talk Contraception,” awal Oktober lalu di Hotel Gran Mahakam, Jakarta.
Hari Kontrasepsi Dunia yang jatuh pada tanggal 26 September dan didukung oleh Bayer Schering Pharma, BKKBN, APCOC, POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia), dan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) mengajak berbagai pihak, terutama kaum muda untuk menyuarakan pentingnya kontrasepsi di Indonesia.
Menurut dr.Sugiri Sjarief, MPA, Kepala BKKBN, meski laju pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung menurun, adanya kemajuan di bidang teknologi kedokteran dan nutrisi yang semakin baik, membuat jumlah pertumbuhan penduduknya tetap besar dan masih akan meningkat. Diperkirakan pada 2010 jumlahnya menjadi 234,2 juta orang dan 248 jut orang pada tahun 2015. dengan kondisi tersebut, Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Sedangkan Prof.DR.dr.Farid Anfasa Moeloek,Sp.OG(K), dari POGI mengungkapkan bahwa untuk dapat menanggulangi masalah kependudukan harus diberlakukan program Keluarga Berencana. Kontrasepsi merupakan jawaban untuk dapat menekan laju jumlah pertumbuhan penduduk dengan mengatur kehamilan dan kelahiran. Selain itu alat kontrasepsi juga sangat bermakna dalam menurunkan risiko kesakitan dan kematian ibu saat melahirkan.
Sumber :
www.tabloid-nakita.com
No.553/TH.XI/2-8 NOVEMBER 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar