Selasa, 05 Januari 2010
MALIN KUNDANG
Malin Kundang kisah legenda dari daerah Sumatera Barat. Yang mengisahkan tentang anak yang durhaka kepada ibunya, dan kemudian dikutik oleh ibunya menjadi batu.
Malin termasuk anak yang cerdas akan tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya dengan mencari kayu di hutan atau kebun untuk dijual serta dengan membantu para orang-orang di pasar. Kemudian Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin kurang setuju, karena mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Akan tetapi Malin tetap bersikeras ingin merantau juga sehingga akhirnya ibunya rela melepas Malin untuk pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah telah sampai kepada ibu Malin. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya untuk menemui ibunya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
"Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu jika hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakuan seperti itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpahkan anaknya
"Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
Cerpen berjudul Malin Kundang, Ibunya Durhaka karya A. A. Navis menceritakan Malin Kundang yang pulang kampung setelah berhasil di rantau menemukan kampungnya sudah jadi tanah tandus. Istrinya kesal dan merasa ditipu karena selama ini Malin Kundang sering bercerita tentang kemegahan kampungnya. Di pelabuhan Malin Kundang menemukan seorang perempuan renta yang diiringi seorang lelaki. Malin Kundang mengenali perempuan itu sebagai ibunya. Ia lalu bertanya siapa lelaki tersebut. Ibunya menjawab lelaki itu yang satu-satunya mau menemaninya karena dijanjikan bagian harta bila Malin Kundang datang. Malin Kundang marah lalu berkata: "Engkau perempuan laknat. Kalau benar kau ibuku, aku kutuk diriku menjadi batu. Biar semua orang tahu, Malin Kundang lahir dari perut yang keliru."
[sunting] Drama
Dramawan dan sastrawan Wisran Hadi menjadikan kisah Malin Kundang sebagai dasar dalam dramanya Malin Kundang (1978) dan Puti Bungsu (1979)
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Malin_Kundang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar